Wednesday, 1 March 2017
Enting
– Enting Gepuk, Keripik Paru, Empek – Empek, Bakpia Pathok, Kue Serabi, Tahu Bakso.
Menggiurkan bukan? Mendengar namanya membuat perut keroncongan. Makanan lezat
yang mengingatkan akan kampung halaman. Bagi para perantau, makanan khas daerah
adalah salah satu hal yang paling dirindukan dari kampung halaman mereka. Para
perantau terkadang kesusahan mencari makanan khas daerah mereka di kota – kota
tempat dimana mereka merantau. Sering kali kerinduan akan makanan khas ini
membuat mereka mengalami gejala “ngidam”. Tak jarang pula sebagian besar dari
para perantau ini akan rela untuk mengeluarkan kocek lebih hanya untuk membeli
makanan khas mereka, yang mungkin dapat mereka temukan di pusat - pusat perbelanjaan tertentu yang tak jarang
pula harganya 2 atau 3 kali lipat dari harga aslinya. Terkadang, kualitasnya
pun tidak selezat seperti yang ada di daerah asal dan belum dapat dipastikan
apakah makanan khas tersebut asli dan dikelola langsung dari daerah
bersangkutan.
Namun, JNE menyelamatkan kita semua
dari sengsara kelaparan akan makanan khas daerah yang kita idam – idamkan
tersebut. PESONA solusinya. Apa itu PESONA? PESONA memiliki kepanjangan “Pesanan
Oleh – Oleh Nusantara”. Dari namanya saja pasti kita sudah dapat menebak
bahwa PESONA berhubungan dengan
makanan khas daerah. Lalu, apa yang dimaksud dengan PESONA? Apa fungsi dan tujuan dari PESONA? Secara garis besar, PESONA
adalah salah satu tipe jasa pengiriman yang diluncurkan oleh JNE yang terfokus
pada makanan khas nusantara/daerah. Fungsi PESONA
adalah memudahkan para penjual dan pembeli untuk menjual dan mengkonsumsi
makanan khas nusantara dari masing – masing daerah tersebut. Selain itu, tujuan
PESONA adalah untuk membantu
perekonomian Indonesia khususnya Usaha Kecil Menengah(UKM), terutama bagi para
pengusaha yang menjalankan usahanya dirumah (home industry). Faktanya, sebagian besar makanan khas daerah Indonesia
dibuat oleh para pengusaha ini (home
industry) yang usahanya turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
PESONA
sendiri ada sejak tahun 2010, dan sekarang usia PESONA sudah 6 tahun. Namun, sampai
saat ini, PESONA belum dapat
mencapai target utama mereka yaitu mencapai nilai transaksi sebesar 1 Triliun Rupiah.
Kedua, PESONA yang mana juga bertujuan
untuk menjadi media perantara (distributor) atau penyukses usaha makanan kecil
menengah belum terealisasikan sepenuhnya untuk menjangkau sampai ke kota – kota
kecil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kerjasama Kantor Cabang
Pembantu dalam menggalakan PESONA sehingga
target susah untuk dicapai. Secara garis besar, telah dijabarkan bahwa ada 2
isu yang berhubungan dengan kasus ini, yaitu: (1) Jumlah pesanan dan transaksi
yang masih sulit untuk dicapai, (2) Kesulitan para penjual makanan untuk
memenuhi pesanan dengan jumlah yang sangat besar kepada para pembeli. Lantas, langkah
– langkah apa saja yang dapat dilakukan oleh PESONA untuk dapat mencapai target nilai transaksi sebesar 1
Triliun Rupiah pada tahun 2020?
Dalam
esai ini akan dibahas 1 pokok solusi yang mendasar untuk memecahkan
permasalahan tersebut yaitu “Marketing
atau Pemasaran”. Marketing atau
pemasaran adalah hal yang paling mendasar dalam dan/atau untuk memasarkan suatu
produk. Faktanya, tanpa pemasaran, sebuah produk tidak akan dikenal oleh para
konsumen. Marketing atau pemasaran akan
dibagi menjadi 3 sub-pokok bagian yaitu promosi (promotion), jasa
pelayanan (service), dan distribusi (distribution). Dari
ke-tiga sub pokok solusi tersebut, akan ditemukan kendala apa yang mungkin akan
dihadapi, dan juga peluang besar apa yang PESONA
miliki.
Promosi (Promotion). Promosi
adalah hal paling mendasar, terpenting, dan krusial dalam memasarkan sebuah
produk. Tanpa adanya promosi yang gencar dan continous (terus menerus), sebuah produk tidak akan bertahan.
Contoh dalam realita adalah iklan di TV. Sebuah produk yang ternama-pun tetap
akan mengiklankan produknya berulang – ulang kali untuk tujuan mendasar mereka
yaitu pemasaran. Media sosial adalah salah satu cara yang terbilang sukses
dalam mempromosikan dan/atau memasarkan suatu produk. Saat ini, kita hidup di
dalam dunia digital dimana media sosial, seperti Facebook, Instagram, Youtube, Line, Buzzer dan lain – lain, adalah
salah satu strategi para penjual untuk memasarkan produk mereka, dan lahan para
pembeli untuk menemukan apa yang mereka cari juga terdapat di dalam media
sosial tersebut.
Dapat
dilihat bahwa PESONA sudah mencapai
taraf dimana penggunaan Facebook dan Instagram sebagai media sosial dalam pemasaran
mereka adalah hal penting. Namun, usaha yang dilakukan belum dimaksimalkan
seutuhnya dilihat dari jumlah followers yang ada, jumlah postingan, dan
testimoni para konsumen (penjual dan pembeli) yang menggunakan jasa PESONA. Hal ini dapat segera dibenahi,
semisal untuk Instagram, PESONA dapat memperbaharui akun-nya
dengan official account yang mana
memiliki tanda blue check mark. Hal
ini mungkin terlihat sepele, namun sebuah brand akan lebih sering muncul pada
kolom search apabila memiliki tanda blue
check mark dan konsumen akan lebih percaya akan akun tersebut. Lalu setiap
makanan yang terjual, sudah pernah terjual, dan yang akan terjual sebaiknya di posting, dan diberikan detail (nama
makanan, jenisnya, asal daerah, harga, dan link website PESONA). Sehingga apabila konsumen ingin mengetahui lebih detail
tentang makanan khas tersebut, mereka dapat mengecek langsung pada website PESONA. Apabila makanan sudah sampai
tujuan, dapat pula disertakan brosur “eye-catching”
agar para penerima mau memposting makanan tersebut dengan hashtag seperti
misalnya: #pesonajne #pesonatrendingtopic #terimakasihpesona
#oleholehnusantara, dan men-tag PESONA agar mengetahui posting-an tersebut. Dari hal ini, PESONA akan mendapatkan beragam
testimoni yang tentunya dapat di repost
atau regram yang nantinya dapat langsung
dikoneksikan dengan akun Facebook dan
Twitter PESONA yang akan ter-posting
secara otomatis. Hal ini mungkin terlihat sepele, namun ini adalah salah satu cara
pemasaran yang terbilang simpel dan sukses (terutama di kalangan anak muda) dan
dampak positifnya sangatlah terasa. Seperti misalnya seorang selebgram yang memasarkan dirinya untuk
menjadi lebih terkenal dan berharap untuk dapat di endorse oleh produk lokal ternama.
Alternatif
lain untuk mempromosikan dan/atau memasarkan PESONA adalah dengan memberikan brosur kepada setiap konsumen yang
menggunakan jasa JNE, sehingga orang akan lebih mengetahui tentang PESONA itu. Faktanya, survei yang baru
saja saya lakukan terhadap 12 orang teman saya, dengan pertanyaan “Apakah anda
pernah memakai jasa PESONA JNE?” 11
orang menjawab “Apa yang dimaksud dengan PESONA?”.
Disini saya harus menjelaskan apa itu PESONA,
dan jawaban mereka rata – rata “Baru mengetahui
atau baru mendengar”. Hanya 1 orang saja yang mengetahuinya, namun ia-pun
menjawab belum pernah memakai jasa PESONA.
Dapat disimpulkan bahwa PESONA di
kota kecil seperti Salatiga masih terdengar asing. Faktanya, Salatiga adalah
salah satu kota kuliner di Jawa Tengah dan merupakan peluang nilai transaksi
yang cukup besar bagi PESONA. Oleh
karena itu, brosur juga disarankan untuk pemasaran PESONA, baik dari tangan ke tangan sebagai tanda terimakasih
penggunaan jasa JNE, brosur yang diselipkan dalam paket kiriman, dan brosur
khusus untuk para penjual makanan yang dapat diserahkan secara door to door. Dimana saat melakukan door to door, pihak PESONA dapat sembari melakukan interview sekilas dengan setiap pengusaha
makanan mengenai usaha mereka, dan tidak lupa membeli jajanan mereka. Dari
pengalaman yang didapat, apabila ingin mengetahui bisnis atau usaha seorang
pengusaha, apabila mampu, usahakanlah untuk membeli dagangan mereka, walaupun
hanya satu saja.
Dari
dua cara pemasaran tersebut, diharapkan PESONA
dapat menggaet lebih banyak konsumen (penjual dan pembeli) untuk menggunakan
jasa PESONA, sebagai layanan wahid
dalam pengiriman oleh – oleh khas nusantara. Dapat ditambahkan pula, bagi
setiap pengusaha makanan khas daerah yang sudah berlangganan menggunakan PESONA perlunya peningkatan hubungan,
yang misalnya apabila pengiriman yang dilakukan semakin banyak maka diberikan
diskon sewajarnya tanpa merugikan PESONA-JNE,
namun tetap dapat memberikan keuntungan bagi para pengusaha makanan khas
tersebut. Contoh lainnya, bonus di akhir tahun, dimana PESONA dapat memberikan hadiah kepada para konsumen yang dipilih
secara acak oleh PESONA. Reward (hadiah) sangat lah penting bagi
para konsumen, karena dapat menandakan bagaimana PESONA menghargai konsumen (penjual dan pembeli), serta
kelanggengan hubungan yang bersifat continuous
(terus – menerus) diantara pengusaha makanan khas, pembeli, dan PESONA.
Jasa Pelayanan (Service). Seperti
yang kita ketahui, JNE sudah sangat terkenal dengan jasa pelayanannya yang
terbilang memuaskan; dan tentunya hal ini juga ada pada PESONA. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah jasa pelayanan
tetap harus ditingkatkan dan dipertahankan. Contohnya saudara saya, yang cukup sering menggunakan jasa
JNE untuk memaketkan dagangannya. Suatu ketika, jasa pelayanan JNE dimana
pengiriman barang yang dijanjikan sampai ke tangan konsumen dalam waktu 2 hari
mengalami keterlambatan, dimana konsumen belum menerima barang tersebut sesuai
tenggat waktu yang telah dijadwalkan. Dapat digaris bawahi bahwa hal ini
merugikan 3 pihak sekaligus, yaitu penjual (yang enggan mengirimkan barangnya
lagi melalui jasa JNE dan beralih ke yang lain), pembeli (hilangnya kepercayaan
pembeli pada penjual bersangkutan yang berkaitan dengan ketepatan waktu), dan JNE
(kehilangan konsumen atau bahkan pelanggan tetap yang nantinya berimbas pada
pemasukan JNE sendiri). Oleh karena itu, JNE sebagai jasa pengiriman barang
yang sudah terpercaya se-Indonesia bahkan sampai ke daerah pelosok tetap perlu
menjaga dan meningkatkan kualitas layanan mereka terutama dalam hal ketepatan
waktu. Karena ketepatan waktu adalah bagian dari profesionalitas kerja baik
untuk perusahaan maupun perorangan. Dalam bahasan tersebut, tentunya PESONA dapat mengetahui apa yang
terjadi di lapangan saat makanan khas akan dikirimkan. Apabila hal seperti
ketepatan waktu tidak segera dibenahi, hal ini dapat berimbas kepada yang
lainnya yaitu distribusi yang erat kaitannya dengan pelayanan jasa (service).
Distribusi
adalah hal paling krusial dalam bisnis yang terpusat pada jasa pengiriman,
seperti halnya PESONA-JNE. Telah
dijelaskan sebelumnya, apabila distribusi terlambat hal tersebut akan merugikan
3 pihak sekaligus yaitu penjual/pengusaha, pembeli, dan distributor. Memang
dalam hal pendistribusian banyak sekali hal – hal yang perlu diklarifikasi
sebelum didistribusikan, atau hambatan dalam perjalanan. Namun, para konsumen
tidak mau menahu tentang hal tersebut, karena bagi konsumen (penjual dan
pembeli) mereka hanya ingin merasakan kepuasaan dengan pelayanan dari pihak
distributor. Hal ini dapat diatasi semisalnya dengan penambahan kendaraan,
orang yang bekerja pada bagian distribusi, dan keberangkatan sangat lebih awal
untuk mengantisipasi beberapa kendala selama dalam perjalanan, seperti
kemacetan. Selain itu, keluhan dari para penjual maupun pembeli tentang mahalnya
jasa ongkir juga perlu diantisipasi dengan memberikan alternatif seperti
memberikan diskon bagi para pengirim yang mengirimkan sejumlah makanan dalam
jumlah cukup banyak, yang mana tidak merugikan PESONA-JNE, dan memberikan kepuasan tersendiri bagi pelanggan atau
pengguna jasa PESONA-JNE. Divisi
bagian distribusi dapat pula menambahkan kantor cabang distribusi, khususnya di
daerah – daerah terpencil untuk memudahkan pihak penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi, yang mana hal tersebut juga akan memberikan keuntungan dan
serta peningkatan nilai transaksi untuk PESONA-JNE.
Dari
ketiga solusi yang telah dijabarkan diatas, kendala pun tetap ditemukan, seperti
misalnya; kendala dalam hal promosi yang mungkin belum seutuhnya sampai kepada
para pengusaha makanan khas daerah, dimana sebagian dari mereka mungkin masih
berpikir bahwa terlalu beresiko. Resiko apakah makanan akan tetap lezat seperti
sebelum dikirimkan atau akankah ada perubahan terutama untuk jenis makanan
basah. Sebagian pengusaha tetap akan mempertimbangkan perihal seperti ini, dan memikirkan
keuntungan apakah yang akan mereka dapatkan apabila bekerjasama dengan PESONA, baik dalam skala kecil dan maupun
skala besar. Kendala lainnya yaitu dalam jasa pelayanan (service) dan distribusi untuk kategori makanan. Apabila mengalami
keterlambatan sehari saja atau berjam – jam hal tersebut akan sangat merugikan PESONA. Dikarenakan makanan adalah hal
yang cukup beresiko untuk dipaketkan, apalagi apabila makanan tersebut adalah
yang cepat basi, bau, atau dengan kata lain cepat mudah kadaluwarsa. PESONA dapat tidak dipercaya lagi
sebagai media pengiriman makanan dan/atau penyukses para pebisnis makanan UKM
dalam memasarkan makanan mereka; yang tentunya hal ini dapat berdampak pada
penurunan nilai transaksi PESONA.
Namun
dari kendala – kendala tersebut, PESONA
memiliki peluang besar dalam ranah distribusi makanan khas daerah yang
dikarenakan oleh bebereapa faktor. Faktor tersebut, diantaranya, nama JNE yang sudah
terkenal, terpercaya akan packaging
atau pengemasan barangnya yang terjamin tidak akan rusak. Namun masih
dipertanyakan apakah hal ini juga terjadi secara menyeluruh pada makanan. Dikarenakan
makanan memiliki jenis dan ketahanan yang berbeda dengan barang seperti baju
atau kosmetik. Apabila PESONA lebih
giat dan gencar dalam mempromosikan dan memperkenalkan PESONA tidak hanya bagi para pengusaha makanan khas daerah namun
juga bagi para pembeli sampai ke kota – kota kecil, melakukan peningkatan pelayanan
jasa (service), dan serta
distribusi tanpa adanya penundaan pengiriman; PESONA dapat dipastikan akan memonopoli bisnis jasa pengiriman makanan
khas daerah. PESONA juga tetap harus
melihat Needs and Wants pada
masyarakat, karena setiap saat selalu berubah – ubah. Oleh karena itu, disarankan
untuk melakukan survei lapangan setidaknya setiap 3 bulan sekali untuk
mengetahui apakah needs and wants masyarakat
masih tetap sama ataukah berganti. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
observasi pada anak muda, yang notaben-nya mereka cepat tanggap dan sigap akan hal
yang baru atau “nge-trend”.
Dari
bahasan esai di atas, dapat ditemukan permasalahan apa yang dihadapi PESONA, solusi apa yang dapat
ditawarkan untuk mencapai nilai transaksi sebesar 1 Trilliun Rupiah pada tahun
2020, kendala apa yang mungkin akan dihadapi PESONA dalam menjalankan solusi tersebut, dan peluang apa yang PESONA miliki dalam ranah bisnis ini.
Dari bahasan itu pula dapat disimpulkan dan disarankan bahwa PESONA masih tetap harus mensurvei apa
– apa saja yang sudah dilakukan namun masih perlu untuk ditingkatkan pada sektor yang belum
maksimal sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dalam pasar/market mereka dan mencapai nilai
transaksi yang sudah ditargetkan. Hal – hal lainnya seperti: ketepatan waktu, karena
profesionalitas dan kepercayaan pelanggan di dapat dengan tepat atau tidaknya
sebuah jasa pelayanan itu mengirimkan barang sampai tujuannya. Kerjasama dengan
para penjual makanan khas daerah dalam batas maksimal pembelian tiap bulannya,
dimana pembatasan kuota jumlah pembelian diperlukan untuk menanggulangi ketidaksanggupan
para pengusaha khas makanan daerah yang berbasis lokal. Diskon bagi para konsumen (penjual dan
pembeli) yang menjual maupun membeli makanan dalam jumlah banyak. Diketahui
bahwa, pengusaha makanan baik skala besar maupun kecil, keuntungan tetaplah hal
yang mereka incar. Inilah yang perlu PESONA
ketahui agar nantinya kedua belah pihak sama – sama mendapatkan keuntungan, serta
ketiga pihak (pengusaha makanan, pembeli, dan PESONA) sama – sama puas. Apabila hal ini tercapai, dapat
dipastikan PESONA akan memonopoli
lahan bisnis ini, karena peluang yang sangat besar bagi PESONA-JNE sendiri.
Categories
- ACADEMIC ESSAY (3)
- ENGLISH -POETRY- (11)
- FICTION (14)
- JOURNAL AND ANALYSIS (14)
- LITERATURE (13)
- ROMANTICISM (9)
- SHORT ARTICLE (3)
- SLICE OF LIFE (1)
CONTACT
anisa008har@gmail.com
anisaharyono@ymail.com
AnnisaHaryono. Powered by Blogger.
Labels
Featured Posts
-
Kebut – kebutan di jalanan. Tiang palang perempatan. Manuver indah di aspal. Merah berceceran. Adam hawa jejeritan. Luka pusin...
-
Ecocriticism is one of the most recent literary theories, only beginning in the US in the late 1980’s and in the UK in the 1990’s. Altho...
-
Disagreeing with Plato’s idea that all literature or art should teach moral. Literature or art is more than that. It does not only a...
-
Hei, pujangga cinta! Ini tulisan nyata! Tentang rasa wanita! Sedang terlena? Sebuah nama. Kenangan rupa. Kalbu suara. Mana m...
-
Marxism Chapter “Ideology has very little to do with consciousness—it is profoundly unconscious.” ~Louis Althusser “It is not the co...
-
This song (Kickapoo by Tenacious D) which was about family relationship and persistence. Here, I would like to add other perspectives that ...
-
This scene shows that the father wants to kill the man because he thinks an animal does not deserve a human’s love. Here, the father sti...
-
DISCUSSION This section will try to examine those three characteristics ( Truths is relative, Each religion is le...
-
BACKGROUND KNOWLEDGE “I will always be true to myself” (Satrapi, 151). That is what Marjie said before she departed to Aust...
-
Little angle weep a tear, fall into a deep sea. God says “Don’t cry dear”, light guide her to see. A unique little angle. St...
Copyright © 2025
WRITING - NEVER ENDING LULLABY | Powered by Blogger
Design by Flythemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com
0 comments:
Post a Comment