Aku
tidak suka matematika, tidak paham cinta.
Apalagi
cinta dalam matematika, matematika dalam cinta?
Pusing
ku dibuat mereka.
Ini
hanyalah puisi tentang cinta, dengan berbagai rumusan angka.
Yang
tak ku mengerti, namun ku berusaha ‘tuk resapi.
Satu
ditambah satu sama dengan dua, aku berjanji tidak akan mendua.
Satu
dibagi satu sama dengan satu, kamu adalah satu – satunya bagiku.
Apalah
arti bilangan tak terhingga, bagiku kau adalah segalanya.
Cinta
itu ditambah dan dikali,
Bukan
di kurangi atau dibagi,
Cinta
itu bukan persegi,
Yang
terhenti karena tragedi.
Cinta
itu bukan segitiga,
Yang
memiliki pihak ketiga.
Cinta
itu bukan jajar genjang,
Yang
membuat hati bimbang.
Cinta
itu bulat, lingkaran penuh,
Tak
memiliki ujung.
Seperti
cincin ...
Cincin
cantik yang kau sematkan di jari manisku,
Kelak
sampai hari tuaku, hanya dirimu,
Yang
memborgol hati, jiwa, dan ragaku.
Kau
ibarat hukum pitagoras.
Lurus
horizontal tatapan matamu,
Membuat
jantungku berdegup keras.
Tinggi
vertikal teduh matamu,
Membuat
darahku berdesir deras.
Hatimu
hanya miring condong kepadaku,
Membuat
badanku panas lemas.
Matematika
kaya akan rumus – rumus.
Sedangkan
cinta tidak berumus.
Biarlah
rumus menjadi rahasia.
Rahasia
cinta kita yang dirahasiakan oleh-Nya.
Biarlah
rumus menjadi misteri.
Misteri
cinta kita yang berada di tangan ilahi.
0 comments:
Post a Comment