Tuhan
ciptakan malam pekat.
Tahu
mengapa?
Agar
hati lebih melihat daripada mata.
Tuhan
ciptakan siang bermelodi.
Tahu
mengapa?
Agar
hati lebih merasa daripada mata.
Tuhan
cipatakan hanya dua mata.
Tahu
mengapa?
Agar sadar realita.
Suara
memekakan telinga. Semua tuli.
Mata
menjalar nanar. Semua buta.
Suara
berteriak diam. Semua bisu.
Adegan
demi adegan didramatisasi.
Sungguh
elok!
Seniman
untuk dipentaskan.
Hiruk
pikuk membahana.
Tepuk
tangan bergemuruh.
Dalam
diam bercemooh.
Pena
bergetar.
Tinta
berdansa diatas si putih.
Meliuk
– liuk dengan cantiknya.
Pasti mantan penari balet.
Luwes
sekali gerakannya.
Terhenti di satu titik.
Saat
maaf terdengar dari mulut ke mulut.
Menekan titik hingga tak bertitik.
Bicara dengan diam.
Maaf
hanya maaf,
Teddy
bear pun bisa minta maf,
Apa
arti maaf kalau maaf bukanlah untuk
dimaafkan.
Apa
arti maaf kalau maaf bukanlah untuk memaafkan.
Apa
arti maaf kalau hanya termaafkan.
Apa
arti maaf terucap dalam seribu diam.
Apa
arti maaf terucap dalam desahan
serigala.
Apa
arti maaf terucap dalam nyanyian sinden.
Pena
menampar tinta. Tina mendiamkan pena.
Si
putih meraung dalam gembira kelabu.
Jemari
menyapu mereka.
Rengekan
kesenangan nyata.
Gembira!
Luar biasa!
Jemari
ikut melompat – lompat.
Jatuh
dalam teror tak bersisa.
Hingga
mati rasa.
Tinta
berjalan dalam pelangi belukar.
Bertanya, untuk dipertanyakan?
0 comments:
Post a Comment