Kebut
– kebutan di jalanan.
Tiang
palang perempatan.
Manuver
indah di aspal.
Merah
berceceran.
Adam
hawa jejeritan.
Luka
pusing kepalang.
Lebay
mimik mukanya!
Aku
baik - baik saja?
Karakter
saja yang hilang.
Berat
di kanan, juga kiri.
Digerogoti?
Aku
baik – baik saja?
Si
jas putih berkata,
Merah
dan putih tidak sinkron,
Cuma
dua koma lima katanya,
Gila
sungguh gila!
Aku
belum mati,
Cuma
tersedak.
Merah
mengucur deras.
Aku
tahan keras – keras.
Pasrah
aku oleh keadaan.
Bengkak
dimana – mana,
Tidak
ada jaminan.
Panas
rasanya,
Serasa
jantung mau copot,
Aku
pikir aku sudah mati,
Aku
dimiliki?
Aku
masih sendiri?
Ku
lempar Sang Kitab Suci.
Kepayahan
dalam berjalan,
Duduk
saja tak mampu,
Apalagi
berdiri.
Orang
pandang aku mati.
Biarlah,
Mereka
tidak tahu derita,
Derita
dalam sukacita,
Ini
takdir ilahi.
Senja
abu menjadi senja ungu,
Warna
kesukaanku.
Cemooh
kalian aku lempar kembali!
Jilat
tuh ludah kalian sendiri!
Kalian
bilang aku menderita?
Dasar
manusia keledai!
Aku
ini bersuka cita!
Akan takdir ilahi ...
0 comments:
Post a Comment